Rahasia Di Balik Kemakmuran

Pernah suatu hari tetangga saya menanyakan mengenai kehidupan orang kaya di kampung kami, “Kenapa yah.. hidup saya koq pas-pasan saja, tidak lebih tidak kurang, saya Insiyur Teknik, kerjanya sebagai agen lepas asuransi yang terkadang bulan ini dapat insentif premi namun bulan berikutnya samasekali, saya sih nggak alim-alim banget, tapi Insya Allah yang namanya larangan dijauhi dan perintahNya saya kerjakan. Tapi kenapa rejeki senin-kemis,.....?” keluhnya. Sementara dia, tetangga si kaya itu, sama,... ia Sarjana Teknik, padahal ia hanya pegawai negeri sipil, golongan nggak tinggi-tinggi amat, sombongnya minta ampun, istrinya judes banget, para tetangga banyak yang nggak senang dengan perangai keluarga itu, tapi harta bendanya melimpah. Di lingkungan kita berapa rumah yang sudah ia bayari, Tuhan adil nggak ya...?”, tambahnya lirih.
Kemudian rekan saya satu lagi menimpali ; “Kamu jangan su’udzhon sama orang, dan jangan iri terhadap apa yang telah Allah berikan, seharusnya malah bersyukur, itu namanya ujian, coba kalau dikasih harta banyak, mungkin waktu shalat Maghrib kamu masih lagi indehoi sama wanita yang bukan muhrimnya di ruang VIP Karaoke, dan meninggalkan shalat. Itu namanya Allah sayang sama kamu, karena tidak sedikit orang lulus ujian jika diberikan kesusahan, tapi banyak yang bablas saat diberikan kesenangan” ; katanya separuh menasehati.


Memang banyak manusia di dunia ini, meskipun tidak beriman atau sekedar beriman kepada Allah, mereka menikmati kekayaan yang tak terhitung banyaknya, dan memiliki keluarga (suami/istri dan anak-anak) yang sehat. Namun mereka bukannya mencari keridhaan Allah, tetapi semua karunia yang diterima justru menjauhkan dirinya dari Allah. Dalam menjalani kehidupannya mereka sering mendurhakai Allah dengan melakukan dosa hari demi hari, menganggap bahwa apa yang mereka miliki merupakan hasil jerih payahnya.
Untuk itu, Allah telah mengingatkan kita tentang rahasia lain dan tujuan di balik nikmat dan waktu yang diberikan kepada mereka : “Dan janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki akan mengazab mereka di dunia dengan harta dan anak-anak itu dan agar melayang nyawa mereka dalam keadaan kafir.” (QS At-Taubah, 9: 85). Sementara anggapan usia panjangnya adalah karena mereka menjaga kesehatannya dengan baik, padahal itu adalah sebaliknya. “Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan.” (QS. Ali Imran, 3:178). Ayat lainnya; “Maka biarkanlah mereka dalam kesesatannya sampai suatu waktu. Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.” (QS. Al Mu’minun, 23: 54-56).
Sebagaimana dijelaskan dalam ayat-ayat di atas, apa yang dimiliki orang-orang yang lalai sesungguhnya bukanlah merupakan kebaikan bagi mereka, sehingga tidak perlu kita iri dan ingin seperti mereka. Harta dan waktu yang diberikan kepada mereka hanyalah menambah dosanya. Ketika waktu yang diberikan kepada mereka sudah habis; kekayaan, anak-anak, atau kedudukan mereka, tidak dapat menyelamatkannya dari siksa yang pedih. Allah Maha Adil dan Maha Penyayang, Dia menciptakan segala sesuatu dengan kebijaksanaan dan kebaikan, dan setiap orang akan dibalas sepenuhnya atas apa yang mereka kerjakan. Menyadari hal ini, kita sebagai orang yang beriman sudah seharusnya menyikapi setiap peristiwa secara positif, baik itu kebaikan maupun keburukan. Jika tidak, kita akan tertipu dalam menjalani hidup ini dan jauh dari kenyataan. Mudah-mudahan kita semua termasuk orang-orang yang bijak dalam menggunakan apa yang Allah titipkan kepada kita sebagai ujian. Innalillahi wa innailaihi roji’uun.

0 Response to "Rahasia Di Balik Kemakmuran"

Posting Komentar